Friday, December 14, 2007

Jeda Dulang Tambang

Salah satu penyebab peningkatan pemanasan global, yang berakibat secara langsung pada perubahan iklim yang semakin tidak menentu, adalah industri pertambangan di berbagai belahan dunia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Industri pertambangan mengontribusi pemanasan global sangat signifikan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang gemar dan mengandalkan energi dari industri pertambangan. Tidak heran kalau kawasan-kawasan hutan lindung di berbagai belahan Indonesia yang sebetulnya merupakan jantung dan paru-paru kehidupan, dieksploitasi secara vulgar. Gelombang pasang dan banjir yang kerap melanda wilayah-wilayah di Indonesia merupakan contoh paling nyata akibat dari kegemaran memberlakukan industri pertambangan.

Boleh saja, para pejabat berwenang berargumen bahwa industri pertambangan merupakan investasi dalam kerangka meningkatkan kemampuan ekonomi. Tetapi harus diingat pula bahwa kegemaran berinvestasi bidang pertambangan di Indonesia sama saja dengan menjerumuskan Indonesia dalam kubangan persoalan lingkungan hidup. Akibatnya, rakyat Indonesia pula yang sengsara.

Indonesia harus menunjukkan komitmennya dalam hal pengurangan emisi untuk mereduksi pemanasan global. Salah satu caranya adalah melakukan jeda pertambangan. Pulau-pulau besar di dalamnya mengandung kekayaan mineral yang belum ditambang untuk sementara tidak ditambang. Penambangan akan dilakukan bila area-area penambangan sebelumnya sudah dipulihkan kembali ekosistemnya.

Jeda pertambangan bisa dilakukan selama 30 tahun. Bersamaan dengan pemberlakuan jeda pertambangan, pemerintah harus mengembangkan sumber energi alternatif dan tidak melakukan aktivitas pertambangan di pulau-pulau kecil.

Umumkan dan kampanyekan jeda pertambangan ini ke dunia internasional. Alasannya adalah untuk mengurangi pemanasan global. Keseriusan pemerintah menerapkan jeda pertambangan, menunjukkan kepada dunia luar bahwa Indonesia bermartabat.

Pernah dimuat di Koran Tempo, 6 Desember 2007

No comments: